Fenomena "Om Telolet Om": Humor Lokal yang Mendunia

Bus dengan klakson telolet - foto diambil dari YouTube Baru aja minggu lalu saya ke Pulau Tunda dan melihat beberapa bocah menunggu di p...

Bus dengan klakson telolet - foto diambil dari YouTube

Baru aja minggu lalu saya ke Pulau Tunda dan melihat beberapa bocah menunggu di pintu keluar Terminal Serang. Mereka sudah siap dengan ponsel di tangan, seakan mau memotret atau merekam video, sambil mengayunkan tangan seakan memberi kode kepada sopir bus yang tumpangi. Sebetulnya apa yang mereka tunggu? Saat itu, saya enggak kepikiran sama sekali bahwa mereka menunggu sopir bus membunyikan klakson. Betul, sama sekali enggak kepikiran. Saya pikir, mereka kurang piknik sampai-sampai melihat bis di terminal saja sudah senang.


Ternyata, fenomena ini memang lagi "in", Puncaknya, duo asal Belanda, Firebeatz, membuat versi remix dari suara klakson "TELOLET" itu dan di-posting di akun Youtube-nya. Video ini juga dibagikan di akun Instagram-nya. Selain itu, Dillon Francis pun terkena demam "OM TELOLET OM" ini.



Kenapa bisa mendunia?

Ini cuma humor lokal, sama kayak #buschallenge yang juga sedang ramai di Instagram. Lantas, kenapa bisa mendunia, sampai para DJ dan musisi dunia tau? Entah udah janjian atau gimana, citizen Indonesia penikmat humor "TELOLET" ini spamming komentar di Twitter dan Instagram para musisi dunia. Semua ini bikin mereka bertanya-tanya, sebenarnya apa arti "OM TELOLET OM"? Ada netizen yang menjelaskan, ada juga yang menambah spamming dengan komentar "OM TELOLET OM".

Beruntungnya mereka, Billboard udah bikin ulasan yang jelas mengenai fenomena ini. Bangga? Entahlah, saya memilih untuk menganggap ini sebagai hal konyol dan pastinya hiburan buat yang kurang piknik.

Fenomena yang Berbahaya

Mungkin setelah ini saya bakal dibilang terlalu menanggapi serius fenomena ini.

"Ini cuma lawakan receh, enggak perlu ditanggapi serius."

Tapi, yang perlu ditanggapi dengan serius bukan lawakannya, melainkan tindakan yang dilakukan para bocah dan remaja demi mendengar suara klakson mobil ini. Dilihat dari video kompilasi yang katanya lucu ini, terlihat banyak bocah sengaja menunggu bus lewat di pinggir jalan. Tapi, ada juga yang merekam video sambil terus memepetkan motornya ke arah bis dan berteriak-teriak minta dibunyikan klakson.


Memang, sih, yang merekam adalah yang dibonceng, tapi ingat enggak video kecelakaan yang terjadi saat orang yang berbonceng dan mengendarai motor sedang asyik membuat video? Yang memegang ponsel adalah yang dibonceng, tapi tetap jatuh dari motor juga. Ajal enggak ada yang tau, memang, tapi apa salahnya berhati-hati dan enggak berbuat serampangan saat di jalan raya?

Yang saya temui di Terminal Serang, beberapa anak bahkan sampai berjalan agak ke tengah, mungkin pikirnya supaya lebih terlihat oleh sopir bus dan bisa dikasih bunyi klakson kesukaan mereka itu. Terminalnya enggak sepi, jelas. Ramai, apalagi itu di pintu keluar terminal. Yang lewat adalah bus-bus besar yang fokusnya cuma mencari penumpang, bukan membunyikan klakson supaya bocah-bocah itu senang.

Terminal Serang - foto oleh Paspor Ijo

Lucu?

Sebenarnya enggak ada yang istimewa dari onomatope bus mobil ini. Enggak lebih biasa dari onomatope terompet atau ayam berkokok. Sampai sekarang, saya masih enggak paham di mana letak lucunya. Saya sudah lihat berbagai videonya, sudah lihat juga komentar-komentar di Instagram, tapi tetap enggak menemukan kelucuannya. Entah karena selera humor saya minim, atau saya kurang piknik.

Tapi, sebetulnya enggak salah juga kalo ada yang menganggap ini lucu. Misal, meme yang belum lama ini beredar, tentang orang Afrika yang namanya panjang dan susah banget diucapkan. Saya merasa itu lucu, tapi juga sedih karena selucu apa pun nama itu, tetap itu adalah identitas seseorang yang diberikan oleh orang tuanya. Sebetulnya enggak layak ditertawakan, terlepas dari nama tersebut benar-benar ada atau enggak.

Ini masalah selera humor. Saya bisa menganggap fenomena "Om Telolet Om" ini enggak lucu, tapi pasti ada yang menganggap ini lucu. Saya enggak salah, kamu yang bilang fenomena ini lucu juga enggak salah. Bebas aja mau bilang lucu atau enggak, asalkan tau situasi dan kondisi. Yang bikin saya enggak respek sama beberapa penikmat fenomena ini adalah saat melihat beberapa di antara mereka berkomentar "Om Telolet Om" di postingan tentang penderita kanker. Butuh hiburan enggak masalah, tapi jangan sampai kehilangan rasa simpati. Kalian jadi sama aja kayak para turis yang berswafoto di Aleppo. Bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.

Mungkin ada yang menganggap ini hal yang membanggakan karena humor lokal Indonesia bisa ikut diketahui dan dinikmati orang-orang di dunia. Tapi, jangan berlebihan sampai enggak bisa melihat situasi di jalan, ya. Di Jepara, para penikmat "Om Telolet Om" ini bahkan sampai bikin macet.

Intinya, kalian bebas melakukan hobi kalian, asa jangan sampai mengganggu orang lain. Toh, Billboard aja udah meramalkan bahwa bunyi klakson bus ini bisa jadi bakal hip sebagai musik dance tahun depan. Ya, kita tungguin aja, deh, benar atau enggaknya. Kalo semakin banyak DJ dan musisi yang bikin versi remix atau lagu pakai bunyi klakson bus ini, sih, bisa jadi ramalan itu bakal jadi kenyataan.

***

Kata Koes Plus, tanah kita tanah surga. Mencari hiburan pun enggak sulit. Tinggal tuggu aja bus besar lewat dan minta sopirnya membunyikan klakson. Suara klakson bus besar memang agak berbeda dengan klakson mobil biasa. Mungkin hal inilah yang bikin para penikmat "Om Telolet Om" antusias mendengarkan bunyinya. Tapi, bagi saya, tetap enggak ada yang istimewa. Klakson tetap klakson; berisik dan mengganggu kalo terur-terusan dibunyikan.

You Might Also Like

1 comments