Menikmati Senja Emas di Pantai Alukae, Alor Kecil

(Senja emas di Pantai Alukae) Sore itu, sekembali dari Pantai Sebanjar, sepanjang jalan pulang saya melewati jalan utama yang a...

(Senja emas di Pantai Alukae)


Sore itu, sekembali dari Pantai Sebanjar, sepanjang jalan pulang saya melewati jalan utama yang ada di pinggir pantai. Saya dimanjakan dengan birunya laut yang tidak hanya jernih, tetapi juga begitu tenang, seakan menggoda saya untuk menceburkan diri ke sana. Lalu, saya jatuh hati pada salah satu pantai yang di pinggirnya terdapat batu karang besar, dengan pasir putih dan air laut yang berwarna biru cerah di tengah, biru tua di ujung yang mendekati cakrawala, dan putih jernih di bibir pantai.

Itu adalah Pantai Alukae, yang dalam Bahasa setempat berarti Pantai Alor Kecil. Lokasinya memang berada di Alor Kecil, namun berbeda dengan pantai yang ada di seberang Pulau Kepa. Pantai ini berada di pinggir jalan, namun sebenarnya posisi jalan lebih tinggi dari pantai. Jadi, saya harus melompat dari jalan untuk dapat memijak pasir putih yang ditutupi karang-karang kecil dan bebatuan di pantai ini.

(Batu kali dan karang di pinggir Pantai Alukae)


Saat itu adalah hari terakhir saya di Alor, jadi saya paksakan diri untuk mencicipi pantai yang sempat menarik hati saya ini. Sudah pukul 4 sore, jadi ketika sampai di sana, lautnya sudah tidak setenang saat siang. Ombak besar berkali-kali menyapu pasir di pinggir pantainya sehingga pasir-pasirnya terbawa ke lautan. Sebenarnya, ini bukan pantai wisata sehingga saat itu pun yang ada di pinggiran pantai hanya kami saja.

Alor adalah pulau kecil yang masyarakatnya masih percaya pada hal-hal gaib sehingga banyak mitos yang beredar soal beberapa tempat. Untuk turun ke Pantai Alukae pada sore hari pun sebenarnya dilarang karena masyarakat setempat bilang lautnya tidak baik. Mungkin karena pada sorenya hari ombaknya mulai mengganas, jadi dikhawatirkan bisa terbawa ombak. Selain itu, Pantai Alukae ini juga cukup mengejutkan. Bukannya menurun, dasar lautnya justru seperti undakan. Jadi, belum sampai ke tengah laut saja airnya sudah dalam, padahal di bibir pantai airnya sangat dangkal dan jernih. Kurang dari 2 meter, airnya sudah sedalam orang dewasa.

Tapi, toh saya tetap pergi ke sana bersama 3 orang sepupu dan adik saya. Meski sedikit kurang puas karena saat sore airnya sudah mulai gelap—matahari yang sudah mulai bersembunyi di balik pegunungan membuat air lautnya jadi gelap—tapi itu adalah sunset pertama dan terakhir yang saya nikmati di pinggir pantai di Alor. Karena ombaknya terlalu besar, saya pun mengurungkan niat berenang di sana. Hasilnya, saya puas memandangi matahari yang terbenam di sebelah kanan saya dari atas bebatuan.

(Menikmati matahari terbenam di Pantai Alukae)


Di sini, seperti kebanyakan pantai di Pulau Alor, pasirnya putih bersih. Hampir di semua pantai juga terdapat banyak karang-karang kecil di pinggirnya, bertumpuk di atas pasir. Pantai Alukae ini pun demikian. Uniknya, di sini juga terdapat banyak batu-batu kali, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Lumayan sakit juga melintasi batu-batu kali dan karang, mungkin baik untuk kesehatan juga, ya. Anggap saja terapi langsung di kaki. :p

(Menuju ke pantai, harus melompat dari jalan raya)


Meski hanya satu jam di sana, karena perjalanan dari rumah saya ke pantai ini sekitar 45 menit, kami tetap puas bermain-main. Beberapa kali saya mengingatkan adik saya untuk tidak berenang terlalu jauh dari pantai. Lalu, meski berada dekat jalan raya, pantai ini masih sangat terjaga kebersihannya. Hanya terlihat kapal yang sudah karam di pinggirnya. Sisanya hanya pasir dengan batu kali dan karang.

(Pulau lain yang terlihat dari Pantai Alukae)


Dari Pantai Alukae, saya bisa melihat pulau yang ada di seberangnya. Dari jauh terlihat ada tempat penambakan ikan juga di sana. Kami sangat menikmati sore itu sampai lupa waktu. Sepupu saya pun menyempatkan diri untuk berfoto ria sebelum pulang.

(Tak lupa berfoto di Pantai Alukae)

(Segarnya setelah mandi di Pantai Alukae)



Kami harus pulang sebelum matahari benar-benar terbenam, lagi-lagi karena kepercayaan setempat. Tapi, biar bagaimana pun, mitos setempat tetap harus dihargai. Jadi, saya pun harus pulang sebelum hari benar-benar gelap.

You Might Also Like

0 comments